LITTLE PART OF MY LIFE

Jika teman- temanQ bilang kalau aku adalah ‘cah ndeso’, aku tidak marah, karena aku tidak hanya ‘cah ndeso’, tapi aku adalah ‘Anggun’ alias Anak Gunung. Menjadi seorang yang lahir dan dibesarkan di Gunung bukanlah sesuatu yang memalukan bagiku. Aku justru bangga, karena dari sana aku belajar banyak hal. Hal-hal yang belum tentu didapatkan oleh orang- orang yang hidup di kota. Aku mempunyai masa kecil yang unik, polos, konyol, dan bahagia. Sejak kecil aku selalu bermain dengan orang yang lebih tua dariku, jadi aku bisa belajar dari pengalaman mereka. So, jangan heran kalau di kelas aku selalu lebih dulu tahu daripada teman-teman he….

Orang tuaku selalu memberi kebebasan padaku, karena mereka percaya padaku bahwa aku biasa menjadi anak yang bertanggungjawab…( meski sampai saat ini aku masih belajar.. he…)

Aku sering menjelajah desaku. Desaku masih banyak ladang, lading milik penduduk. Kami sering pergi ke tempat- tempat yang belum pernah kami datangi. Menyusuri sungai sambil mencari ikan atau udang, bermain ke tebing- tebing yang cukup curam, hingga kami sering bertemu dengan kawanan monyet yang sering merusak tamnaman penduduk. Kami juga pernah menjelajah ke gua yang berada di dekat tebing. Di sana, kami menemukan kumpulan burung yang nampak seperti burung hantu, tapi karena saat itu aku masih kecil, aku keburu takut duluan. Kami diam- diam juga sering menjelajah di tempat- tempat yang sering di larang orangtua, karena tempat itu bagi mereka cukup berbahaya. Tapi naluri kami sebagai anak- anak tentu mengalahkan rasa takut kami pada larangan itu. Rasa ingin tahu dan rasa penasaran akan tempat-tempat baru mengantar kami pada tempat- tempat yang elok, yang tidak akan pernah kami ketahui jika kami hanya berdiam diri di rumah.

Salah satu tempat elok itu adalah ‘PADANG ILALANG’ yang menamainya bukan aku,tentu saja karena aku adalah paling kecil, selisih umurku dan teman- temanku sekitar 4 tahunan, jadi aku selalu menurut dengan mereka, karena mereka takkan menyakitiku. Tapi tidak jarang mereka mengakali aku… (huh…) terutama untuk memasuki tempat- tempat baru, seperti gua, selalu aku yang disuruh duluan…. Meski begitu, yeah… it’s okay, karena dengan begitu aku akn lebih tahu dulu daripada mereka.

Padang Ilalang merupakan salah satu lading penduduk yang berada di dekat tebing (kami biasa menyebutnya liwis). Pemandangan yang nampak dari sana sangat mempesona. Di sana banyak tumbuh ilalang, maka dari itu kami menamainya ‘Padang Ilalang’. Namun, untuk menuju tempat itu jalan yang harus kami lalui cukup sulit, karena tempatnya yang berada di dekat tebing- tebing. Saat kecil kami sering bermain di sana dan menghabiskan waktu sore kami di sana. Angina semilir selalu menghiasi sore kami. Kami sering memanjat pohon sengon yang belum terlalu tinggi, namun sudah cukup kuat untuk menopang kami. Kami bebas berteriak yang selalu membuat gema….

Itu hanya sedikit bagian dari masa kecilku, begitu banyak kenagan manis yang masih terkenang. Sekarang aku sudah tumbuh menjadi remaja, bahkan sudah menuju kea rah dewasa. Teman- temanku sudah dewasa. Mereka tak pernah melanjutkan ke perguruan tinggi. Mereka bekerja, yeah.. bekerja ke kota, bahkan ke liuar negeri. Aku jarang bertemu mereka. Terakhir kali bertemu adalah ketika pernikahan salah satu sahabatku kemarin. Aku merasa sudah tidak mengenali mereka lagi. Mereka begitu tumbuh menjadi manusia yang mengagumkan baik fisik maupun pikiran mereka. Pangkling. Itulah yang kami rasakan…

Semakin bertambah usia kita, maka semakin berat pula cobaan yang kita hadapi. Begitulah yang aku rasakan saat ini. Aku sering berkhayal menjadi seorang Fiana kecil lagi… gadis kecil yang polos, yang bisa tertawa lepas. Bisa berteriak bebas….

Rasanya tanpa beban….

Tapi aku tidak bisa untuk tidak menjadi dewasa…

Jadi aku akan menjalani hidup ini menjadi diriku… aku selalu berusaha melakukan yang terbaik. Seperti kata- kata Guru Bahasa INggrisku waktu SMP kelas VII.

“Do Your Best!!”

You’ll be the best!!

You’ll get the best!!”